Alkisah, ada dua anak manusia yang melakukan perjalanan menantang angin. Mereka hendak mendapatkan harta karun di sebuah pulau bernama PR!
Garing banget, yah!
Jadi, ceritanya udah seminggu lebih Teh Yuti bilang ke aku kalo dia mau ngambil honor nulis di kantor PR. Dan dia gak tau dimana lokasinya. Heran deh. Punya motor, tapi gak mayeng-mayeng kemana-mana. Kalo aku sih pasti udah sampe daerah-daerah Bandung coret. Dan yang lebih mengherankan lagi, sodara-sodara, honor ini adalah untuk tulisan yang ketiga kalinya dimuat di PR. Jadi, pegimane die ngambil honor untuk dua tulisan sebelumnya?
Itulah yang masih menjadi misteri, sodara-sodara!
Singkat cerita, setelah aku paksa dan aku atasi semua kesulitan (seperti "gak ada helm lagi", mau hujan, dll), hari Senin tanggal 2 Mei jam sebelas kurang kami berangkat! Karena aku sendiri gak tau lokasi persis dari kantor PR, cuma tau daerah situ aja, aku mengarahkan Teh Yuti untuk melewati stasiun KA, Otista, Tegalega, Leuwipanjang, lalu menyusuri jalan Soekarno Hatta sampai ke pasar Caringin. Dari situ aku melihat nomor dari bangunan di sepanjang jalan SH, mencari nomor 147. Akhirnya sampai.
Di sana kami hanya sebentar. Paling hanya 10 menit. Kami menunggu sebentar. Aku menonton TV (lagi nyiarin acara gosip siang tentang penyanyi yang suaranya mirip Glen Fredly, Ello) dan Teh Yuti membaca koran. Lalu kami dipanggil masuk untuk mengambil honor. Lalu kami kembali ke tempat parkir. Sambil berjalan, aku tertarik pada sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan. Di pintunya tertempel satu halaman depan PR yang ukurannya seperti ukuran sebenarnya. Aku penasaran apakah itu stiker atau bukan. Maka aku mendekatinya dan meraba pinggirannya untuk memastikan.... Ternyata stiker, bukan cat. Teh Yuti hanya tertawa melihatku memastikan begitu, tapi biarkan saja, rasa ingin tahuku terpuaskan.
Dalam perjalanan pulang, aku mengarahkan teh Yuti untuk meneruskan jalan ke arah jalan Terusan Pasir Koja, lalu ke arah Gardu Jati, Pasir Kaliki, Pajajaran, Cihampelas, Wastu Kencana, Tamansari, dan sampailah kami ke kampus lagi. Huuuff...
Capek, lelah, mata perih karena debu dan asap kendaraan, panas, dan jauuuuuuuuuuuuuuuh... Ternyata naek motor ke Soekarno Hatta melelahkan. Tapi sekarang aku sudah tahu jalur yang lebih cepat. Aku mengarahkan Teh Yuti untuk mengambil jalur berangkat seperti itu karena aku sendiri tidak tahu lokasi persis dari kantor PR. Kalau aku tahu, aku tidak akan mengarahkan untuk lewat jalur Tegalega dst tadi.
Tapi paling tidak pengalaman ini menyenangkan. AKu jadi tahu kantor PR plus tahu tempat pengambilam honor. Trus Teh Yuti juga mau nganterin aku kalo aku mau ngambil honor (kalo tulisanku masuk PR, insya Allah...). Alhamdulillah...
Doa'in ya, tulisanku masuk PR...
1 comment:
Les daerah situ emang nggak enak, panas. Banyak bengkel2 gitu kan kalo nggak salah.
(Bikin tulisan betapa tidak menyenangkannya daerah Skn-Hatta. Apalagi yang deket no. 147. Terus kirim ke PR aja Les...)
Post a Comment