Monday, May 30, 2005

IADTMYBP

Kepanjangan dari judul di atas adalah Insiden Anjing Di Tengah Malam Yang Bikin Penasaran. Seperti judulnya, buku ini memang membuat saya penasaran juga awalnya. Dan rasa penasaran saya terpuaskan.

Buku ini terbitan Gramedia pada tahun 2004. Sampulnya berwarna pink seperti kertas spotlight yang mencolok. Pengarangnya mendapat penghargaan bergengsi dari … Dan satu hal lagi, ceritanya pun se-mentereng sampulnya.

Tokoh utamanya bernama Christopher Boone. Dia biasa dipanggil Christopher. Dia berusia 15 tahun …bulan dan … hari saat cerita ini dimulai (saya lupa berapa bulan dan harinya). Dialah penutur dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kisahnya. Dia adalah penderita sindrom Autis Asperger. Ciri-ciri penderita sindrom ini adalah kurangnya kemampuan dalam bersosialisasi terhadap orang lain, tak mau disentuh oleh orang lain (bahkan oleh orangtuanya sendiri), umumnya sangat cerdas, pola pikirnya paralel (dalam satu waktu dapat memikirkan beberapa hal sekaligus-orang lain akan menganggapnya sebagai pola pikir yang tidak teratur), dan sangat senang keteraturan.

Ketidak-runtunan itulah yang akan kita rasakan dalam membaca buku ini. Pada saat yang sama, kita akan mendapati bahwa Christopher sangat menyenangi keteraturan. Hal ini akan tampak seperti sebuah kontradiksi. Lalu kita akan disajikan berbagai hal yang berhubungan dengan logika dan matematika (dia sangat ahli dalam bidang ini). Itulah yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, Christopher adalah penutur cerita dalam buku. Mau tidak mau kita harus mengikuti jalan pikirannya.

Kisah Christopher ini akan tampak sederhana pada awalnya. Namun semakin jauh kita membaca, semakin kita sadari bahwa peristiwa terbunuhnya seekor anjing tetangganya itu melibatkan pihak orangtuanya dan tetangganya dengan rumit. Paparan peristiwa yang “tidak sederhana” itu dilakukan dengan kaku, sangat mengikuti tata bahasa yang baku, dan nyaris tanpa emosi. Namun jujur dan blak-blakan.

Kisah berlanjut kepada konflik antara Christopher dan ayahnya. Konflik terjadi karena ibunya yang dikatakan telah meninggal ternyata masih hidup. Lalu ibunya ternyata berselingkuh dengan suami tetangganya yang anjingnya terbunuh. Dan (ternyata!) anjing itu dibunuh oleh ayahnya sendiri. Sampai pada akhirnya orangtuanya kembali rujuk.

Ceritanya menarik dan layak untuk diikuti hingga akhir (jika Anda sabar). Paling tidak menarik buat saya. (Saya tidak akan banyak mengungkapkan secara detail isi buku ini. Walau tugas yang diberikan pada saya adalah “semacam” resensi buku yang saya sukai, saya menganggap tugasnya itu lebih ke menjelaskan “mengapa saya menyukai buku ini”).

Buku ini sangat saya sukai karena melalui tokoh Christopher, saya bisa memahami diri saya sendiri lebih jauh. Sedikit banyak, saya menemukan banyak kesamaan antara saya dan Christopher. Selain itu juga, dia menyukai matematika dengan sangat (sesuai dengan pola pikirnya). Saya pun bergelut dalam dunia matematika.

Satu contohnya adalah dia tidak pernah berbohong. Pikirannya teratur dan logis, sehingga tidak “menyenangkan” baginya untuk berbohong. Berbohong itu sulit. Karena kebohongan yang satu akan memancing kebohongan lainnya. Namun bukan berarti dia tidak bisa melakukan kebohongan ”putih”. Dia kadang melakukan kebohongan putih karena terdesak. Saya baru tahu darinya bahwa ”bohong putih” itu berarti hanya tidak mengatakan sesuatu secara lengkap. Bukan berarti mengada-adakan sesuatu yang tidak ada.

Karena mengikuti ”kemauan” Christopher, bab dalam buku ini ditulis dengan bilangan prima, bukan bilangan asli seperti layaknya buku-buku lainnya. Lalu banyak contoh-contoh penerapan logika dalam kehidupan sehari-hari yang saya sendiri baru menyadarinya dari Christopher.

Akan lebih menyenangkan bila buku ini diapresiasikan oleh Anda sendiri. Keunikannya hanya dapat dirasakan masing-masing pribadi. Sehingga Anda dapat mengetahui dengan baik ”kedalaman” buku ini, yang membuatnya mendapat penghargaan bergengsi...

No comments: