Saturday, July 10, 2010

Tak ingin menghilang...

Apa yang anda lakukan bila sedang bosan? Membaca? Mengusili orang? Atau mungkin, refreshing, mencari sesuatu yang segar dan menyenangkan?

Yang jelas, sore ini saya sedang bosan. Ya. Bosan. Jemu, boring, jelak, jenuh...

Ah... Tidak, tidak. Bukan jenuh. 'Jenuh' itu mengandung makna 'penuh akan sesuatu', 'berlebihan', 'harus dikurangi' atau 'diberi jeda'. Sedangkan makna 'bosan' cenderung ke 'kosong', 'mencari-cari sesuatu yang bisa dilakukan' atau ' mencari sesuatu yang bisa mengisinya'.

Ya. Saya sedang bosan dan otak saya mencari-cari sesuatu untuk mengisinya.

Memiliki otak yang aktif tidak selamanya menyenangkan. Bila saya sudah bosan, energi saya bisa terserap habis oleh batu besar yang mengganjal di perasaan. Dan rasanya tidak enak. Seperti hidup dalam keadaan setengah sadar, mata terbuka tapi tidak fokus, hanya memenuhi kewajibannya untuk tetap terbuka saat tidak sedang tidur. Otak terasa mandeg. Rasanya benar-benar tidak enak. Makan pun tidak membantu perasaan ini menjadi lebih baik.

Ya. Rasa bosan bisa menyebabkan itu.

Bila sedang bosan, saya menawarnya dengan membaca 'sesuatu' yang menyenangkan. Dan buku masih menjadi sumber kesenangan yang besar buat saya. Bila bosan dengan buku, saya berselancar di internet. Bila tidak, menonton film.

Sayangnya, saya sedang bosan dengan internet dan film. Saya ingin buku.

Dan sayang seribu sayang pula, 95% buku saya ada di Bandung. Dan itu sudah cukup membuat saya merana sore ini.

Maka, otak saya pun mencari hal lain untuk dikerjakan. Dan apa yang akhirnya dipilihnya untuk dikerjakan? Berpikir.

Ya. Berpikir.

Berpikir tentang hambatan-hambatan mental yang masih mengganjal di benak saya, termasuk kecenderungan saya untuk tidak suka pada orang yang tidak dikenal namun SKSD*. Berpikir tentang prasangka buruk dan pandangan menghina saya terhadap kalangan tertentu, dan pengalaman buruk apa yang menyebabkan kondisi itu masih melekat pada saya hingga sekarang.

...

Kalau dipikir-pikir, merasa bosan tidak buruk juga ternyata. Saya jadi 'terdesak' untuk melakukan hal yang lama tak saya lakukan akibat banyaknya hal lain yang harus saya pikirkan selama ini: evaluasi inti diri saya.

***

Saya adalah orang yang menggengggam dengan kuat ke-diri-an saya. Terserah anda mau bilang apa. Tapi hanya dengan begitulah, saya bisa sadar dengan keberadaan diri saya.

Saya adalah orang yang mudah terserap atau lebur oleh lingkungan sekitar. Bila saya katakan 'lebur', maksudnya benar-benar 'lebur'. Kesadaran saya akan diri saya sendiri bisa meredup. Saya benar-benar memperhatikan sekeliling saya dan saya juga benar-benar ingin memahami dunia ini seluas-luasnya.

Mungkin konsep ini terdengar janggal buat anda. Terutama karena orang banyak menilai saya sebagai pribadi yang cuek, tertutup untuk hal-hal pribadi, sangat 'sekarang', dan cenderung autis.

Tangan saya ingin sekali bisa meraih dan memahami keluasan dunia. Saya berusaha menyerap sebanyak mungkin informasi yang mengalir bagai air bah itu. Tapi saya juga tahu bahwa saya bisa hanyut di dalam keluasan itu. Oleh karenanya saya harus menggenggam diri saya kuat-kuat.

Karena kalau tidak, saya akan hilang.

(Mystreamofconsciousness)