Thursday, April 14, 2005

Cantik: Versi Saya versus Versi Orang Lain

Saya tidak secantik Dian Sastro atau Tamara Blezinsky atau Nicole Kidman dan "atau" yang lainnya.

Tapi kadang-kadang pengen juga dikagumi orang (i have a certain background that made me have such thinkin'). Barangkali karena tampang ini bukan tampang yang bikin orang langsung kagum, jadi jarang dapet pujian "cakep" atau semacamnya. Dan keinginan ini muncul (biasanya) saat saya lagi capek emosinya.

Tapi (lagi), kalo dipikir-pikir, repot juga ya kalo punya tampang "di atas rata-rata"? Resiko untuk dicintai karena tampang bukan karena kepribadian lebih besar. Dan yang lebih utama lagi, resiko untuk ujub atau sombong karena tampang jauh lebih BESAR! Yah, banyak yang bisa disyukuri dari tampang yang biasa-biasa aja ini.

Kadang-kadang juga (saat kondisi emosi yang lagi capek juga), saya merasa kalau tampang saya ini jeleeeeeeeeeeeeeeek banget. Apalagi kalo dibandingkan yang lebih cantik. Kalo udah begitu, bisa dipastikan kalo kondisi hati lagi payah, suntuk, dan gak ngeliat yang lebih di bawah. Bukankah kalo urusan dunia kita harus melihat ke bawah, bukan ke yang lebih atas? Hehehehe...

Yah, apa yang tercermin di wajah adalah cerminan kondisi hati...

Saya beberapa kali mendapat pujian "cakep/cantik" dari beberapa orang. Di awal-awal, wuiiiiiiiiiiiih, rasanya kok terlalu berlebihan ya? Apalagi dalam diri ini sudah ada image kalo tampang ini biasa aja. Namun belakangan, setelah dapet ilmu yang cukup memadai, kalo ada yang memuji, saya segera memeriksa kondisi hati dan jiwa.

Dan hasilnya?
Kondisi hati saat itu memang sedang bagus sekali dan tenang. Hati sedang tidak banyak keinginan dan hasrat. Hati sedang bersih. Pikiran jernih. Yah, yang terlihat di wajah bisa merupakan cerminan hatinya. Dan kali ini saya melengkapi kalimat barusan dengan "buat sebagian orang benar, buat sebagian lagi mungkin tidak".

Versi "cantik" yang mana yang harus dipercaya? Saya sih tidak ingin ujub. Bahaya! Lebih baik berdoa saja:

Ya Allah, sebagaimana Kau telah membaguskan rupaku, perbagus pula akhlakku. Amin...

1 comment:

salim said...

Assalamu alaikum

Wah, lagi suntuk nyari bahan tugas tapi ga nemu.

Hmmm, ini pertama kali ngasi comment ke Ales.

Masalah wajah ya. Jadi begini, tiap kali bangun pagi, saya merasa wajah saya adalah yang terburuk di dunia. Tapi begitu habis mandi, saya merasa wajah saya ternyata nggak jelek-jelek amat.

Wajah saya rasanya menjadi makin jelek di cermin ketika hari beranjak makin siang. Rasanya bukan cuma karena keringat & debu, tapi juga karena jiwa yang letih.

Saya belum bisa menemukan hubungan antara jumlah keringat dan debu yang menempel, serta keletihan jiwa. Tapi rasanya, ada saat-saat dimana jiwa letih dan keringat tidak keluar & sebaliknya.

Mungkin saya harus ingat-ingat untuk mencari cermin, saat momen-momen langka tersebut datang.

Oh ya, saya kurang PD difoto, sepertinya wajah saya selalu lebih jelek di foto daripada di cermin. Hufffff.