Buka-buka blog temen, nemu satu tulisan tentang dia yang lagi jatuh cinta. Tapi sebenernya dia sendiri gak tau dengan jelas apakah dia bener-bener jatuh cinta atau enggak. Membaca tulisannya, saya jadi teringat dengan apa yang saya sendiri alami baru-baru saja.
Coba tebak, apa kira-kira yang baru-baru ini terjadi dengan saya?
Saya baru-baru ini "merasa" jatuh cinta pada seseorang. Kenapa saya katakan "merasa", akan saya jelaskan.
Awalnya biasa saja (seperti lirik lagu saja ya?). Tapi kemudian saya merasa sangat kehilangan dia kalau dia datang dan kemudian langsung pergi. Lalu saya jadi sering memikirkan dia. Sebuah kegiatan "memikirkan seseorang" yang rasanya sudah lama sekali tidak saya lakukan. Semenjak saya memilih untuk hanya menerima seseorang dalam hati saya, ketika dia dan saya sudah berjanji dalam ikatan pernikahan.
Padahal ketika ngobrol langsung atau bersosialisasi dengan dia, kok saya tidak merasakan perasaan malu atau sungkan. Justru saya merasa nyaman saja berbicara dengannya, tanpa ada perasaan ingin "jaga imej" di depan dia.
Itulah yang membuat saya heran. Kalau saya "merasa" jatuh hati padanya, kenapa saya tidak merasa "deg-degan" atau bagaimana bila di dekatnya? Bener gak sih saya jatuh hati padanya? Atau cuma sebuah perasaan yang berlebihan?
Karena penasaran, akhirnya saya mencari tahu lebih banyak tentang "Mengapa Kita Jatuh Cinta (Pada Seseorang)". Dan seolah dimudahkan oleh Allah, dalam pencarian saya itu, saya menemukan sebuah buku dari taman bacaan teman saya.
Dari buku itu saya menemukan banyak sekali analisis psikologi tentang alasan-alasan seseorang jatuh cinta. Sebuah buku yang disebut buku ”aneh” oleh teman saya tadi. Tapi dari buku itu saya bisa lebih mengerti kenapa seseorang jatuh cinta. Ada banyak alasan mengapa kita jatuh cinta. Namun saya akan membahas beberapa saja.
Alasan pertama kita jatuh cinta adalah karena kita melihat bayangan diri kita pada orang itu. Maksudnya, kita mendapati kesamaan dalam sikap, perilaku, kesukaan, minat, dan banyak faktor lain. ”Bayangan diri” kita ini juga berarti kita melihat sebuah kemiripan fisik orang itu dengan kita sendiri, atau orang tua kita. Yang notabene kita akrabi dan membuat kita nyaman karena sudah kita kenal dengan diri kita sendiri atau orang tua.
Yang kedua adalah karena kita melihat adanya ”lawan” dari diri kita. Maksudnya, bila kita misalnya adalah orang yang pendiam dan tertutup, maka dia adalah orang yang ramai dan terbuka. Ini disebut daya tarik dari hal yang berlawanan.
Hanya dua hal itu yang saya bicarakan. Saya mendapati bahwa hal yang ”mirip” dan hal yang ”berlawanan” merupakan faktor yang mendominasi alasan kita jatuh cinta. Dan kita seringkali tidak menyadarinya. Dan saya menekankan bahwa kemiripan bukan hanya pada fisik semata, tapi juga pada perilaku dan minat. Tapi jangan mengabaikan fisik lho. Karena saya sering sekali menemukan pasangan yang mirip wajahnya walaupun dari rautnya saja, walaupun orang tidak melihat kemiripannya.
Menarik bukan? Atau ada salah satu dari Anda sudah mengetahuinya?
Saya langsung menganalisis dirinya setelah selesai membaca buku itu. Dan saya mendapati beberapa hal yang memang mirip dengan diri saya darinya. Dan saya tidak mengingkari bahwa saya memang jatuh hati padanya. Namun toh tidak saya sebutkan siapa orangnya, selain hanya pada diary saya.
Barangkali Anda akan heran membaca pertanyaan berikut: Saya lega juga saya bisa jatuh cinta lagi. Kenapa? Setelah sekian lama tidak merasakan hati berbunga-bunga, ada semacam kesegaran yang saya rasakan dalam dada ini. Seperti disiram air dingin ketika sedang kegerahan. Jujur saja, sudah lama tidak ”memikirkan seseorang”, saya merasa ada kedataran perasaan yang tidak bisa saya jelaskan. Bukan kehampaan, tapi kedataran perasaan.
Jatuh hati punya resiko memang. Dan saya merasakan resiko itu. Rasiko yang paling jelas adalah patah hati. Yah, namanya juga menyukai seseorang, harus siap patah hati kan?
Saya mendapati bahwa tampaknya dia sedang menyukai seseorang. Namanya juga dihijab oleh Allah, saya tidak tahu siapa yang dia kejar saat ini. Tapi saya tidak mau berlama-lama dalam patah hati. Saya sudah tahu resiko jatuh hati, maka saya tidak boleh meratapi diri ketika patah hati. Itu pilihan saya sendiri.
Mengenai ”jaga imej”, teman saya berkomentar: Kalau kita jatuh cinta pada seseorang, dan kita tidak merasa sungkan atau jaga imej, berarti orang yang kita sukai itu cocok untuk kita. Nah lho? Kalau begitu, saya benar-benar jatuh hati padanya? Nampaknya iya...
1 comment:
Eh katanya jatuh cinta juga disebabkan adanya reaksi hormon juga lho
Post a Comment