Monday, June 20, 2005

Hidupku Pada Sebuah Kanvas

Pada mulanya aku adalah sebuah kanvas putih. Belum ada apa-apa di atasku. Lalu Lampung selama dua belas tahun pertama memberi goresan sketsa kasar dari diriku. Lulisanku masih berupa kerangka dasar. Ditambah sapuan samar warna pastel untuk latar belakangnya. Tapi hitam dan putih masih mendominasi kanvas.

Semarang memberi sedikit aksen pada kanvas. Ada biru di sudut atas, kuning di sebagian besar kanvas, merah muda di ujung-ujungnya, dan hijau di samping kiri-kanan.

Bekasi menegaskan warna-warna pastel bagi latar belakang. Lukisanku mulai terlihat jelas, namun belum tegas. Masih belum terlihat garis-garis raut wajahku. Entah aku tersenyum atau ekspresiku datar saja. Lalu ada warna hitam yang menaungi sekelilingku. Belum banyak detil.

Jakarta menambah jelas latar belakangku. Garis-garis dipertegas. Warna biru tua, merah cerah, ungu, memberi aksen pada kanvas. Hijau dengan berbagai variasinya menutupi sudut-sudut kanvas. Namun tetap saja, masih banyak ruang kosong pada kanvas.

Bandung mempertegas raut wajahku. Ada sedikit tarikan sudut bibir ke atas. Warna hitam ditutupi oleh warna biru langit. Lukisanku terlihat cerah. Ada sedikit bayangan hitam. Latar belakangnya kini lebih hidup. Namun lukisanku masih juga belum sempurna. Ruang-ruang kosong masih tetap ada. Bahkan terdapat ruang kosong itu berada di sebelahku, seakan menunggu sebuah sketsa baru. Meskipun lukisanku mulai jelas dan senyumku tampak lebar, lukisanku belum utuh, masih terlihat seperti diselimuti kabut.

Kapankah lukisanku akan sempurna? Aku belum tahu. Yang kutahu, aku harus tetap melengkapi gambar itu....

No comments: