Beberapa waktu yang lalu, di dalam sekre unit yang saya ikuti berputar isu "iri kepada teman". Tapi sebelum saya beranjak lebih jauh, perlu saya tekankan bahwa tidak ada keributan atau pertumpahan darah yang terjadi karena isu itu.
Beberapa orang mengatakan kalau mereka ngiri pada salah seorang teman yang bisa mendapat banyak job bahkan sebelum dia lulus. Sementara itu, ada yang merasa iri karena temannya punya banyak talenta, walau sebenarnya orang itu merasa tidak fokus pada satu bidang. Tahu sedikit tentang banyak hal, menurutnya.
Mengetahui itu, saya jadi teringat pada diri sendiri.
Ketika baru masuk ke unit itu, saya mendapati kalau saya dikelilingi orang-orang dengan kemampuan yang lebih baik dari saya. Saya langsung down. Untuk beberapa lama saya merenungi dengan sedih, Mereka udah segitu, elo sendiri udah sampe mana? Belom sampe mana-mana, tau!
Yah, begitulah.
Tapi, alhamdulillah, rasa sedih saya itu bertahan paling lama cuma sehari. Besoknya, saya sudah bersemangat dan menyusun strategi-strategi untuk mencapai kesuksesan. Tapi saya tidak sekedar menyusun strategi kemudian tidak dijalankan.
Dari pengalaman itu, saya berkesimpulan kalau rasa iri itu perlu. Tapi dengan sedikit catatan: Rasa iri tidak membuat kita menjadi dengki, tapi malah memacu diri kita supaya kita mencapai kesuksesan yang serupa, bahkan lebih, seperti yang dicapai orang lain. Sekali lagi saya bersyukur karena saya tidak dengki pada teman-teman saya. Soalnya saya sudah punya cukup pengalaman untuk menyadari bahwa dengki itu tidak perlu.
Bagaimana menurut Anda?
1 comment:
Tetep murah kok. Tapi kalo dibandingin dengan warung nasi di deket kosan saya, masih lebih mahal. Kosan saya di Cicadas.
Dampak dibukanya jalan layang Pasupati? Kayaknya Bandung lebih rame dan yang ke Salman lebih rame deh...
Post a Comment