Wednesday, April 12, 2006

Nyaman

Tahukah kau, Kawan, kadang aku sering mengalami suatu keadaan hati yang aku sendiri tidak dapat menjelaskannya. Ups! Aku mungkin mesti sedikit menjelaskan. Maksudku adalah bukannya aku tidak tahu apa yang kurasakan, tapi aku tidak mengerti kenapa aku bisa merasa begitu.

Contohnya semalam. Aku terlibat dalam proyek Depdiknas semenjak bulan Febuari lalu. Proyek ini adalah proyek yang membina siswa-siswi SMP kelas 2 sepulau Jawa ini untuk menghadapi Olimpiade Fisika, Matematika, dan Biologi. Salah satu penanggungjawab proyek ini adalah ITB. Aku berperan sebagai fasilitator (atau lebih tepatnya pembina rohani dan tempat curhat) bagi mereka. bersama beberapa teman, aku mengurus berbagai keperluan teknis di luar pelajaran yang mereka terima setiap harinya, selama sepuluh hari karantina.

Semalam aku mesti datang ke P3G, asrama tempat mereka menginap, di jalan Diponegoro Bandung, untuk mengurus tutorial bagi mereka. Jam tujuh pagi ini, aku mesti melakukan presentasi kuliah. Yang menjadi masalah adalah, aku belum siap bahan sama sekali. Tutorial itu harus kuurus hingga jam sembilan malam. Sebetulnya aku agak khawatir aku tidak akan siap ketika presentasi pagi ini kalau aku pulang malam. Tapi toh aku tetap saja datang ke P3G karena tanggungjawabku.

Aku izin pulang ke teman-temanku pada pukul delapan, satu jam sebelum jadwal. Dan tahukah apa yang kurasakan ketika aku menghirup segarnya udara malam setelah keluar gedung? Ada semacam perasaan nyaman dan lapang dalam hatiku. Hatiku tenang. Perasaan itu seolah mengatakan bahwa semua hal yang ada di hari esok akan baik-baik saja, meski aku belum siap. Padahal aku belum siap sama sekali. Tapi itulah, aku tidak tahu alasan kenapa aku bisa merasa begitu sampai pagi ini terbukti bahwa dosenku memperbolehkan aku untuk presentasi minggu depan. Jadi, temanku yang presentasi lebih dulu. Perasaan itu benar.

Perasaan yang sama juga kurasakan di awal tahun ini. Saat itu aku mengikuti pelatihan untuk aktivis mesjid Salman. Sekitar seminggu sebelumnya, aku baru saja keluar dari rumah sakit karena aku terkena DB dan Tipes pada saat yang bersamaan. Selama aku mengikuti pelatihan itu, hatiku diselimuti perasaan tenang yang aneh. Jarang sekali aku merasa seperti itu. Perasaan tenang itu dapat digambarkan begini: aku tidak khawatir sama sekali. Kujalani saja detik demi detik dengan sebaiknya dan aku seolah tahu bahwa di hari-hari depan aku akan mendapat suatu kebaikan atau rezeki. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa mengetahui hal itu.

Tapi memang benar adanya. Setelah aku selesai mengikuti pelatihan itu, aku mendapat banyak kesempatan untuk lebih mengembangkan diri. Aku terlibat dalam sebuah kegiatan kepelatihan. Aku diminta (Bayangkan! Aku, diminta!) untuk terlibat dalam tim fasilitator yang insya Allah proyek yang menantinya memang banyak. Aku belum pernah diminta dan dipercaya oleh orang lain untuk melakukan sesuatu kerja tim seperti ini. Aku merasa tersanjung.

Inilah dunia yang kucari selama ini. Sebuah dunia dimana aku bisa bertemu banyak teman baru dan pengalaman baru. Aku pun bisa membagi pengalamanku kepada orang lain, suatu hal yang memang sangat ingin kulakukan dalam bentuk 'formal' sejak dulu. Aku juga dapat mengetahui banyak hal tentang diriku yang sebelumnya tidak pernah kusadari, karena aku bekerja dalam tim. Lingkup pergaulanku makin lebar. Ilmu makin banyak kudapat. Rezeki pun tak kurang-kurangnya kudapat.

Mungkin terdengar aneh kalau aku mempertanyakan kenyamanan yang kurasakan. Padahal banyak orang di luar sana ingin bisa mendapatkan kenyamanan atau ketenangan hati seperti yang kurasakan. Tapi begitulah yang kupikirkan. Aku jarang merasa seperti ini. Untuk bisa menceritakan bagaimana rasa tenang atau nyaman itu secara detail, aku tidak mampu. Yang bisa kukatakan untuk perasaan itu adalah hatiku seperti diselimuti oleh kelegaan, kelapangan, ketenangan, dan kehangatan. Tidak kurasakan beban atau penutup dalam hatiku.

Aku merasa nyaman. Tahun ini sudah dua kali kurasakan kenyamanan semacam ini. Untuk yang kedua kalinya ini, aku belum tahu apa yang menantiku di depan sana. Tapi aku yakin, bahwa semua akan baik-baik saja. Semoga memang begitu adanya. Amin.

2 comments:

Anonymous said...

Wah...pengen merasakan seperti itu lagi...lama juga saya nggak merasakan itu lagi..kenapa ya???

Unknown said...

Mungkin tidak setiap saat kita bisa merasakan itu. Mungkin hanya ketika qta sedang di persimpangan jalan dan tak tahu mesti ke mana, Allah berkenan menurunkan rahmatNya dan memberikan petunjuk dalam bentuk ketenangan.

Mungkin...