Selasa, 20 September 2005
Sehelai kelopak bunga melayang melewati wajah saya dan turun hingga tergeletak di jalan. Saya berhenti. Di sekeliling saya ternyata bertebaran kelopak bunga berwarna ungu muda-putih. Kemudian saya berbalik dan menengadahkan kepala saya ke atas. Saya disambut oleh terpaan kelopak-kelopak yang berguguran dari bunganya.
Pohon itu tinggi dan terletak di samping jalan kecil yang menuju departemen Matematika dan Tehnik Industri dari arah gedung Kimia Tehnik. Warna bunganya merupakan campuran antara ungu muda lembut dan putih. Saat ini bunga-bunga di pohon itu sedang mekar penuh dan satu-persatu berguguran. Seperti bunga Sakura.
Ditemani sinar mentari yang hangat dan nyaman, entah beberapa saat saya berdiri dan menikmati terpaan kelopak bunga yang berguguran itu. Senyum pun mengembang di bibir saya. Teringat kalau saya masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan di Salman, saya pun menyudahi keindahan pagi itu. Saya meneruskan perjalanan.
Sepanjang jalan, saya mengamati berbagai tanaman yang ada di sekitar saya. Warna hijau muda mendominasi; menyegarkan mata dan jiwa. Dengan sejuknya udara dan lembabnya jalanan belakangan ini, musim hujan mengumumkan kedatangannya. Iya, ya. Tanpa sadar musim kering sudah hampir berakhir. Sungguh tidak terasa waktu berlalu begitu cepat.
Langkah membawa saya hingga jalan di antara gedung Fisika dan Campus Center. Dari sana, saya mendapat pemandangan penuh ke langit dan pepohonan Aula Barat yang memagarinya. Hijau, hijau, hijau. Aaaaah, hati saya tersentuh. Sampai di bawah pepohonan itu, saya menghirup nafas dalam-dalam, mencoba untuk menikmati segarnya udara.
...
Di depan gerbang, di sisi timur, saya berada saat ini. Masih dengan langkah-langkah saya. Mata saya terpaku ketika saya melewati pohon Akasia besar, pohon pertama di barisannya. Dari sela-sela rimbunnya daun mengalir cahaya temaram mentari. Melihat itu saya serasa berada di tengah hutan lebat dan sedang berada di bawah kanopi daun-daunan. Angin menyapa dengan ringan.
Langkah terus saya ayunkan. Di jalan bebatuan di samping kebun Bioter, saya melemparkan pandangan ke arah Taman Ganesha. Keteduhan merasuk ke dalam diri saya ketika menyaksikan taman dengan orang-orang yang melepas penat sejenak di sana.
Ya Allah, terima kasih atas nikmat-nikmat yang baru saja Kau beri. Sungguh, untuk bisa menikmati keindahan yang kau sajikan seperti barusan merupakan sebuah nikmat itu sendiri. Aaaaah, Kau masih saja menyayangi hambaMu ini, masih melimpahiku dengan cinta yang tiada tara. Meski aku sering lupa padaMu, meski aku sering mungkir terhadap janjiku, meski aku belum bisa menjadi yang terbaik dan mempersembahkan yang terbaik...
Haru dan hangat merebak dalam dada. Air mata memeluk mata. Terima kasih Allah.
No comments:
Post a Comment