Monday, September 05, 2005

Andainya...

Mari kita berandai-andai sejenak. Sebelumnya saya ingin memberitahu bahwa Anda harus dengan sabar mengikuti saya yang--menurut salah seorang teman saya--agak nyleneh khayalannya. Ya. Yang sabar ya. Soalnya saya mulai mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang jarang--bahkan belum pernah--saya tuliskan.


Teman saya sampai mengatakan bahwa khayalan saya yang liar semacam itu membuatnya khawatir. Saya pernah ditelepon sampai lima kali karena tidak membalas smsnya. Pada panggilan kelima kalinya, saya baru bangun. Saat ditelepon saya sedang tidur dengan nyenyaknya di pukul sembilan malam. Saya sengaja tidur sehabis Isya karena mau begadang. Itu dilakukannya gara-gara di siang harinya saya memberinya nomor telepon rumah saya di Jakarta. “Untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa”, kata saya.

Misalnya hari ini Anda meninggal. Eeeits! Tunggu dulu! Saya gak akan bertanya apa yang akan Anda lakukan dengan sisa umur Anda hari ini. Itu pertanyaan standar. Yang mau saya tanyakan berkaitan dengan sedikit imajinasi Anda:

Coba pikirkan, bila Anda meninggal hari ini, siapa saja yang kira-kira akan datang dari suatu tempat nun jauh di belahan bumi lain hanya untuk melepas jenasah Anda dan menyolatkan Anda (bila teman Anda non-muslim, paling tidak dia akan mendoakan saat melayat)? Bila Anda meninggal hari ini, siapa kira-kira yang akan menangis sedih atau merasa sangat kehilangan? Bila Anda meninggal hari ini, siapa kira-kira yang akan merasa harinya tidak akan sama tanpa kehadiran Anda? Bila Anda meninggal hari ini, siapa kira-kira yang akan merasa kehilangan teman terbaik yang dapat--minimal mendengarkan masalahnya--menjadi tempat terbaik untuk membantunya keluar dari masalah? Bila Anda meninggal hari ini, siapa kira-kira yang akan kehilangan sumber kebahagiaan?

Daftar pertanyaan itu masih panjang. Anda bisa menambahkannya sendiri. Sekarang saya meminta Anda untuk berhenti membaca sejenak dan membayangkan orang-orang yang saya tanyakan tadi. Adakah orang-orang seperti itu di dalam hidup Anda? Berapa banyak?

...

Saya bertanya demikian karena itulah yang terbersit di benak saya di satu hari yang tenang. Kemudian saya bertanya-tanya dan membayangkan siapa saja orang-orang itu. Terus terang, rasanya belum banyak orang-orang seperti yang saya tanyakan itu buat saya. Kemudian saya menjadikan ancang-ancang itu untuk mengukur sejauh mana makna kehadiran saya bagi orang-orang di sekeliling saya. Apakah saya mampu memberikan arti bagi mereka? Apakah saya bisa menerbitkan senyum di bibir mereka? Apakah saya bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi mereka dan sejauh mana?

Saya sudah menduga bahwa salah satu dari Anda akan merasa sedikit ngeri untuk membayangkan diri Anda sendiri meninggal—entah bagaimana caranya, di mana tempatnya, dan kapan. Tapi, hadapilah, kita semua akan meninggal bukan?

Saya terkadang heran dengan orang-orang yang seolah tidak tahu kalau mereka tidak akan hidup abadi.

Jadi, coba Anda bayangkan sejenak jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Bila Anda sudah punya banyak teman yang rela datang dari benua lain dan membatalkan semua pekerjaannya, bila Anda punya teman yang akan mengurus semua keperluan keluarga Anda yang Anda tinggalkan, bila Anda punya teman yang akan merasa kehilangan sosok luar biasa dari hidupnya, dan lain-lain, maka selamat bagi Anda.

Namun janganlah berbangga hati dulu. Hidup masih akan berlangsung bukan? Maka tanyakanlah diri Anda, sejauh mana Anda sudah berarti bagi dunia Anda, teman-teman Anda, keluarga Anda, orang-orang yang tidak dikenal di sekitar Anda. Bila ternyata arti kehadiran Anda masih tidak banyak—semoga Anda malah tidak menjadi duri dalam daging bagi orang lain, maka carilah makna hidup yang sebenarnya. Karena sesungguhnya, jauh di dalam hati Anda, Anda akan sangat bahagia bila Anda bisa berarti, bagi diri Anda, maupun bagi umat manusia.

No comments: