Wednesday, August 03, 2005

Wisuda & Homesick

(Ini adalah sepenggal catatan dari acara syukuran atas wisudanya tiga orang anggota Aksara: Al Arif, Salim, dan Yanuar, pada tanggal 23 Juli 2005)

Yang datang pertama kali adalah Salim beserta orangtuanya. Kemudian datanglah Yanuar beserta orangtua dan kakaknya. Maka kami memulai acara tanpa Arif. Al Arif datang agak telat dan tanpa orangtuanya. Orangtua Al Arif tidak bisa lebih lama lagi di Bandung. Jadi dengan sangat menyesal, mereka tidak bisa hadir. Tapi tidak apa sebenarnya. Karena lebih baik orangtua Arif tidak datang karena kalau mereka datang, mereka harus menahan malu akibat anaknya yang narsis, hehehe...

Acara dimulai dengan pembacaan basmallah lalu tilawah Al Quran surat Al Fath dari ayat satu hingga sembilan. Berikutnya adalah acara sambutan-sambutan. Pertama sambutan dari Kang Firman. Lalu sambutan dari orangtua Yanuar. Setelah itu sambutan dari orangtua Salim. Kemudian sambutan dari Yanuar sendiri. Dan terakhir sambutan dari Salim.

Seselesainya acara protokoler tadi, para wisudawan diberikan semacam sertifikat dari anak-anak Aksara. Isinya adalah ucapan selamat atas kelulusan mereka dan doa agar mereka senantiasa berada di jalan Allah.

Yang memicu saya untuk membuat catatan ini adalah salah satu pernyataan Salim dalam sambutannya. Dia dia tidak punya kerabat dekat di pulau Jawa. Dia merasa sendiri, betul-betul sendiri, ketika tiba di Bandung semasa masih menjadi mahasiswa baru. Jarak tempat kuliah dengan rumahnya yang sedemikian jauh membuat di merindukan rumah. Dan betapa dia menghabiskan malam-malamnya dengan menangis karena ingat rumah dan keluarganya. Huhuhu...

Mendengar itu, saya teringat pada diri saya sendiri. Yang saya alami tidak jauh berbeda dengan yang Salim alami, meskipun jarak keluarga saya di Jakarta lebih dekat dan biaya sambungan interlokal ke sana tidak terlalu besar di malam hari.

Biaya telepon memang sangat gemuk di dua bulan pertama saya di Bandung. Penyebabnya adalah saya yang sering sekali menelepon rumah dan teman-teman dekat saya. Rasa rindu menggelayuti hati saya tiap malam. Rindu rumah dan rindu sahabat. Dan saya juga benar-benar merasa sendiri ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kampus ITB: Tak punya seorang pun untuk menjadi tempat bertanya, menjadi satu-satunya anak ITB di tempat kos saya, dan masih buta akan daerah Bandung. Saya benar-benar terasing di tengah negeri antah-berantah.

Namun hari-hari itu sungguh cepat sekali berlalu. Dan memang Allah memberi pertolongan dan jalan keluar bagi hambaNya dari tempat-tempat yang tiada diduga. Di awal saya diberi seorang sahabat yang menjadi sahabat baik hingga kini. Kami berdua menjalani suka-duka di ITB bersama, merasakan keadaan hidup yang tidak jauh berbeda, dan saling menguatkan hati di kala sedang letih jiwa.

Mengalami itu semua, saya bisa memahami apa yang Salim rasakan, walaupun tidak sampai menangis tiap malam. Dan saya yakin, setiap mahasiswa baru yang berasal dari luar Bandung mengalami hal yang serupa dengan keadaan yang berbeda-beda. Berada jauh dari rumah untuk yang dalam waktu yang cukup lama, semudah apapun komunikasi yang bisa dilakukan, tetap membuat kita kehilangan orientasi sejenak. Cukup untuk membuat kita merindukan orang-orang yang kita cintai tiap malam.

Oleh karena itulah, saya menjadi lebih bersemangat dalam menjalani kegiatan di kepanitiaan PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) Salman tahun ini. Saya berharap acara yang kami buat bisa memberikan semacam kenyamanan bagi mahasiswa baru di ITB dan Salman. Dan semoga hal yang kami lakukan bisa menjadi pengobat rindu akan rumah, dengan menyediakan tempat yang bisa menjadi rumah kedua untuk mereka.

Sekitar seminggu sebelum acara wisuda ini, sekre Aksara diliputi oleh suasana sedih dan muram. Walaupun tiga orang wisudawan itu tidak serta-merta pergi setelah wisuda, bayang-bayang perrpisahan sudah menghantui. Bukom sempat penuh dengan tulisan-tulisan yang bernada mellow.

Setiap pertemuan mesti disertai dengan perpisahan...

Setelah acara makan-makan selesai, seluruh anggota Aksara dan para wisudawan beserta keluarga mereka berfoto bersama di tangga di sisi koridor timur Salman. Kemudian keluarga Salim dan Yanuar pamit. Kami menyalami keluarga para wisudawan dan mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka di acara syukuran yang kami adakan.

Sungguh senang bisa berjumpa dengan keluarga Salim dan Yanuar. Kedua wisudawan barusan mengantarkan orangtuanya kembali ke tempat penginapan masing-masing. Orangtua Arif sudah diantar pulang olehnya sebelum dia datang ke acara syukuran. Jadi Arif tidak perlu mengantarkan siapa-siapa lagi. Beberapa orang anggota Aksara membereskan sisa-sisa makanan dan piring.

Sementara itu, senja makin temaram.

2 comments:

Unknown said...

Iya, itu unit baru di Salman. Berdiri bulan Maret 2005 ini. Bergerak di bidang yang berkaitan dengan "aksara": Baca, tulis, dan kaji.

Anonymous said...

|O|