Yang saya beri cetak tebal adalah 'mengemudi dengan baik'. Benar, sepanjang yang saya amati, saat seseorang belajar mengendarai mobil atau motor, dia hanya belajar bagaimana dia bisa mengemudi dengan baik. Selepas itu, ada sedikit tambahan materi tentang peraturan lalu-lintas dasar seperti 'kalau lampu merah anda harus berhenti, lampu hijau berarti anda boleh melaju terus'. Mendasaaaaaar... banget! Terakhir, bagaimana dia akan menghadapi jalan raya, bagaimana cara nyelip atau nyalip, itu dipelajari secara otodidak lewat jam terbang.
...bagaimana dia akan menghadapi jalan raya, bagaimana cara nyelip atau nyalip, itu dipelajari secara otodidak lewat jam terbang.
Salah? Tidak. Memang sejauh itulah yang seseorang butuhkan supaya dia selamat sampai tujuan dalam berkendaraan. Tapi pertanyaannya: apakah sekedar bisa mengemudi dengan baik saja cukup? Tidak. Calon pengemudi masih perlu belajar tentang bagaimana bertata-tertib dan berlalu-lintas yang benar dan beradab.
Sejauh yang saya tahu, di sekolah mengemudi (apalagi di perguruan mengemudi swasta--di mana pengajarnya adalah orang yang dekat dengan kita), tidak ada kurikulum baku dan standar tentang bagaimana seharusnya pengemudi kendaraan itu bertata-tertib dan berlalu-lintas yang benar dan beradab. Kalaupun belajar tentang tata tertib mendasaaaaaaaaaar... banget, ya..., mendasar banget. Seperti 'zebra-cross' itu piranti bagi pejalan kaki untuk menyebrang jalan (atau jangan-jangan ada yang tidak tahu artinya?). Cuma sampai segitu saja.
Jadi tidak heran bila lalu lintas semrawut, tingkat kecelakaan di jalan raya tinggi, dan penduduk kota Jakarta banyak yang tua di jalan sangking lalu lintas lebih sering macet ketimbang lancarnya. Bahkan di jalan tol sekalipun!
Jadi bila banyak supir angkot yang melanggar lampu merah, motor nyelip di luar jalur seharusnya, sampai membentuk 'bisul' (terjadi di jalan raya utama Cimahi perempatan Soekarno Hatta-Pasir Koja), dan area untuk penyeberangan (zebra-cross) dimakan oleh mobil/motor saat lampu lalu lintas sedang merah, jangan buru-buru menyebut mereka 'gila', 'goblok', 'gak tau diri', atau 'egois'. Saya justru bertanya: memangnya mereka pernah diajari tentang 'menghargai hak jalan orang lain'? Memangnya mereka itu diberitahu tentang bertata-tertib dan berlalu-lintas yang benar dan beradab saat belajar mengemudi dulu? Memangnya mereka pernah belajar tentang itu?
Saya justru bertanya: memangnya mereka pernah diajari tentang 'menghargai hak jalan orang lain'? Memangnya mereka itu diberitahu tentang bertata-tertib dan berlalu-lintas yang benar dan beradab saat belajar mengemudi dulu?
Rasanya sih tidak.
Yah, PR (pendidikan tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang tertib dan beradab) kita masih banyak. Daripada teriak-teriak tentang ketidaktertiban orang lain, ketidakbecusan orang lain, dan ketidak-ketidak orang lain lainnya, mending kita belajar menertibkan diri sendiri. Tapi kemudian harus diterapkan, jangan sekedar dipelajari saja.
[Maaf kalau belakangan ini pemilihan kata saya terlampau blak-blakan--siapa tahu ada yang menilai demikian. ^_^ ]
2 comments:
kayaknya yang suka nyalip dan bilang 'goblok' atau suka gak ngasih jalan orang2 yang lewat di zebra cross itu yang gak pernah ikutan sekolah mengemudi deh. mereka biasanya (belajar) nyetir secara otodidak, imho.
lagipula, apa hubungannya nyetir sembarangan dgn jalanan jakarta yg macet?
kalaopun semua pengemudi jakarta 'beradab', jumlah kendaraan bermotor yang melampaui kapasitas tampung jalan jakarta akan tetap membuat orang 'tua di jalan'.
Hehehe...
Emanggak nyambung sih. Biasa, kalo nulisnya gak paek diedit dulu, nyambung-gak-nyambung, teteeeep aja ditulis.
Nuhun...
Post a Comment