Friday, August 03, 2007

Enggak Setuju

Kini, setiap kali saya mendengar istilah 'prophet' untuk merujuk Nabi atau Rasul, saya sedikit mencak-mencak.

Pasalnya begini. Coba tilik kata 'prophet'. Kata ini dekat sekali hubungannya dengan 'prophecy'. Secara harfiah (ya mau yang mana lagi?), 'prophecy' berarti 'ramalan'. Nah, kalau begitu, orang yang disebut dengan 'prophet' itu berarti 'peramal dong?

Saya tidak mengerti, bagaimana mungkin tidak pernah (setahu dan sependengaran saya) ada orang yang protes tentang ini. Lantaran katanya arti dari 'prophet' itu adalah 'nabi', maka informasi itu diterima saja bulat-bulat tanpa dipikirkan secara teliti.

Arti harfiah dari 'rasul' itu adalah 'pembawa pesan dari Yang Maha Agung'. Singkatnya 'the messenger'. Entah bagaimana istilah 'prophet' bisa dihubungkan dengan dengan 'rasul', tapi saya tetap tidak setuju kalau Rasul itu disebut 'prophet'. Terdengar ofensif di telinga saya...


prophet

proph·et

Function: noun

Etymology: Middle English prophete, from Anglo-French, from Latin propheta, from Greek prophētēs, from pro for + phanai to speak — more at for, ban
Date: 12th century

1) one who utters divinely inspired revelations: as aoften capitalized : the writer of one of the prophetic books of the Bible bcapitalized : one regarded by a group of followers as the final authoritative revealer of God's will

2) one gifted with more than ordinary spiritual and moral insight; especially : an inspired poet

3) one who foretells future events : predictor

4) an effective or leading spokesman for a cause, doctrine, or group

5) Christian Science a: a spiritual seer b: disappearance of material sense before the conscious facts of spiritual Truth

2 comments:

ikram said...

Nabi Nuh bilang akan ada banjir, ada banjir.

Nabi Yusuf bilang akan ada kekeringan, ada kekeringan.

Jadi kalau dibilang "peramal" sepertinya tidak salah-salah banget :)

Boy said...

Karena banyak orang terjebak dan terkagum-kagum oleh mukjizat, keajaiban yang secara bukan kebetulan dilekatkan pada sang Nabi. Terjebak pada (seakan2) keajaibannya saja, bukan pada value dari apa yang mereka kabarkan.

Banyak orang gandrung akan ramalan, prediksi atau pun future-judgement (coba liat yg doyan horoskop).
Dan bukan kebetulan juga Nabi2 banyak yang doyan bikin judgement kayak gini. Padahal IMHO, maksud mereka adalah lebih ke mengajak gimana tindakan kita selanjutnya.

Bisa Jadi Nuh as.bilang akan ada banjir, karena dia melihat dan menganalisa kondisi saat itu memang ternyata terjadi penebangan liar di mana2, sementara permukaan air laut terus naik lantaran curah hujan yang tinggi. Maka dia bilang akan ada banjir. Very logic.

Yusuf as.juga bisa jadi melihat bahwa cadangan air yang ada memang tidak mencukupi, ditambah memang curah hujan sedang menuju rendah. Logis pula kalo beliau bilang akan ada kekeringan.

Jangan2 kita terlalu meremehkan sisi ilmiah dan daya analitis para Nabi, karena saking terkagum2nya sama keajaiban2 tadi.

Istilah prophet, gimana2 juga diterjemahkan oleh kaum barat, yang hobby ngotak-ngatik (rekayasa) religi demi kehidupan dunia. bukan mengkaji (mensinkronkan) religi demi keadilan dan kesejahteraan dunia.

haduh.... yaaa. cuma opini. :)