Suatu hari, seorang pemuda datang ke tukang cukur untuk memotongkan rambutnya. Dengan tenang pemuda itu duduk dan rambutnya dicukur. Tiba-tiba, si Tukang Cukur berkata, "Dek, saya berpendapat kalau Tuhan itu tidak ada."
Si Pemuda terkejut karena si Tukang Cukur tiba-tiba membuka pembicaraan. Si Pemuda membiarkan saja si Tukang Cukur berbicara. "Coba, Dek. Kalau memang Tuhan itu ada, kenapa masih ada kejahatan, kemiskinan, perang, dan segala keburukan lainnya di dunia ini? Tuhan itu tidak ada, Dek!"
Si Pemuda masih saja tidak menjawab apapun. Dia bingung sebenarnya. Mau menjawab, nanti jadi panjang urusannya. Lagipula kalau mengikuti logika tukang cukur itu, pernyataannya memang ada benarnya. Tapi dia tidak berpendapat kalau Tuhan tidak ada. Dia akhirnya membiarkan saja pernyataan itu.
Setelah selesai, si Pemuda membayar dan berjalan ke pintu. Tiba-tiba dia berhenti di pintu. Dia berbalik dan berkata pada Tukang Cukur.
"Pak, menurut saya tukang cukur itu tidak ada di dunia ini?"
Si Tukang Cukur kaget, "Bagaimana mungkin? Saya kan ada?"
"Tidak, tukang cukur itu tidak ada di dunia ini. Coba, kalau tukang cukur ada, kenapa masih aja banyak orang yang rambutnya gondrong, tidak rapi, awut-awutan, pokoknya yang berantakan? Tukang cukur itu tidak ada, Pak"
"Lho, Adek ini bagaimana sih? Saya itu ada, ada! Merekanya saja yang tidakmau datang ke saya."
Si Pemuda itu tersenyum, "Begitu juga Tuhan, Pak. Kitanya saja yang tidak mau datang kepadaNya, bukan Dianya yang tidak ada..."
Pemuda itu pun berlalu.
[Berdasarkan cerita dari Deng-deng di kuliah Analisis Riil (AnRiil or UnReal?) yang suasananya bikin gak konsentrasi, Rabu, jam tiga hingga lima sore]
No comments:
Post a Comment