Kabupaten ini disebut Kota Mangga bukan tanpa sebab. Kalau di Bandung kita akan sering menjumpai pohon akasia di pinggir jalan atau sebagai pohon peneduh, di Indramayu pohon mangga ada di segala penjuru. Di rumah, di hotel, di kantor pemerintah, di halaman mesjid, di halaman sekolah, di depan sekolah, di pinggir jalan, di tengah sawah. Kemanapun mata memandang, yang kita lihat adalah dominasi pohon mangga. Segala jenis pohon mangga lokal akan kita lihat di sini. Bila ada rumah yang tidak memiliki pohon mangga, rasa-rasanya rumah itu 'dikutuk' (inget lho, saya ngasih tanda kutip).
Sekolah-sekolah di sana juga keren-keren dan luas lahannya. Benar-benar luas dalam arti sebenarnya. Saya membandingkannya dengan lahan sekolah di Bandung sih. Karena luas, hampir semua fasilitas pendukung belajar bisa disediakan tanpa khawatir menempatkannya di mana.
Bahkan ada sebuah sekolah yang bernama SMU 1 Sindang, yang direncanakan untuk menjadi sekolah dengan 'kelas internasional. SMU ini adalah SMU pertama di Indramayu dan menjadi SMU favorit sekarang. Kelas internasional yang dimaksud memiliki pendingin udara 2 unit, sebuah TV, 1 set komputer, dan tape+radio+pemutar CD. Semua alat itu ditujukan untuk mendukung kegiatan belajar yang nyaman dan full multimedia. Sekarang baru ada sekitar tiga kelas internasional. Berdasarkan info dari guru di sana, tahun 2012 SMU 1 Sindang akan menjadikan seluruh kelasnya sebagai 'kelas internasional'.
Menurut salah satu guru SMU 1 Sindang yang lain, anggaran untuk pendidikan di APBD Indramayu mencapai 39%.
Masih ada kaitannya dengan pendidikan:
Menurut salah satu guru SMU 1 Sindang yang lain, anggaran untuk pendidikan di APBD Indramayu mencapai 39%. Sebelumnya saya sudah pernah mendengar fakta ini dari teman. Tapi saya tidak percaya. Hampir 40%? Ah, yang bener? Penuturan guru tadi membenarkan perkataan teman saya.
Wuiiih, 39% untuk pendidikan? Gede banget (bila dibandingkan dengan anggaran pendidikan di APBN). Gak pake ribut-ribut. Dan digunakan dengan serius (seperti digunakan untuk pembangunan gedung-gedung sekolah baru).
Belum lagi Bapak Bupatinya. Saya belum sempat berinteraksi secara langsung dengannya. Namun dari cerita-cerita banyak orang, saya cukup salut pada beliau. Salah satu hal yang membuat saya salut adalah anggaran pendidikan tadi. Belum lagi keseriusan beliau untuk memberantas 'gadis Indramayu' yang membuat citra Indramayu negatif itu. Siswi yang muslim diwajibkan untuk mengenakan baju panjang dan kerudung bila sekolah, dari SD hingga SMU. Pegawai negeri wanita yang muslim sudah terlebih dahulu diwajibkan mengenakan kerudung.
Ini cerita dari dosen UPI: Bapak Bupati benar-benar serius dalam meningkatkan kondisi pendidikan Indramayu. Beliau tidak segan untuk turun ke lapangan langsung dan mengecek pembangunan gedung sekolah. Mulai dari adukan semen, hingga kekuatan dinding dan pondasi. Bila sebuah dinding diketok terdengar kopong, maka beliau tidak segan menyuruh pihak kontraktor membuat ulang dinding itu. Bila dinding itu rapuh, maka Pak Bupati akan mendorong dinding itu hinga runtuh dan meminta kontraktor untuk membangun ulang dinding.
"Saya udah bayar mahal! Jadi yang bener!"
Yaaaaah, nafsu untuk melakukan korupsi yang dapat menyebabkan dinding sekolah kopong atau rapuh.
Semua hal positif tadi tidak lantas menutup hal-hal lain yang belum sempurna. Misalnya, fasilitas dan kondisi pendidikan di Indramayu belumlah merata hingga saat ini. Bukan karena dana hanya berkumpul di pusat kabupaten, tapi kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan belumlah merata. Jadi nampaknya Bupati berfokus pada tempat-tempat yang bisa 'dijangkau' terlebih dahulu, sambil memeratakan kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan. Belum lagi masalah korupsi yang ada di tubuh Dinas Pendidikan Indramayu. Klasik. Tipikal birokrasi di Indonesia.
Belum lagi masalah 'mangga manis' Indramayu yang terkenal itu. Sangking kepengennya masalah PSK asal Indramayu berkurang, Bupati pernah sampai meminta setiap SMP-SMU untuk mengadakan tes keperawanan bagi setiap siswi yang diterima. Pihak sekolah geger dan banyak yang menolak. 'Itu kan privasi masing-masing orang' adalah argumen untuk penolakan tersebut.
"Itu bahasa politis saja sebenarnya. Padahal intinya ingin agar masalah ini berkurang."
Saya berkesempatan untuk mengunjungi Indramayu dan berinteraksi langsung dengan guru-guru di sana. Saya belajar banyak hal dan melihat banyak hal (meski belum semua). Fakta-fakta yang saya beberkan di atas adalah sebagian dari hasil belajar saya. Mau tidak mau saya kagum melihat kabupaten Indramayu.
Prestasi Indramayu bisa saya lihat dari guru-gurunya. Mereka begitu antusias untuk meningkatkan kompetensi mereka dan mereka haus akan wawasan baru. Akses untuk itu memang belum semudah di Bandung. Tapi semangat mereka patut diancungi jempol. Mereka ingin maju dan saya yakin mereka akan maju dengan cepat. Tanpa banyak ribut-ribut lagi. They do, not just talking.
Saya baru tahu kenapa orang-orang banyak menyebut Bupati Indramayu sebagai orang dengan prestasi yang bagus. Bila banyak orang yang mendukung beliau untuk menjadi Gubernur Jabar, saya tidak akan heran lagi.
Sebagai penutup, saya cuma mau bilang: Sukses Indramayu!