Saya dulu berpikir, bahwa masalahnya bisa semudah itu.
Hari ini, malam ini, saya sedang tidak dalam keadaan terbaik untuk bisa menilai diri sendiri, apalagi orang lain. Saya sedang dalam masa pemulihan setelah sakit. Masih lemah dan tidak seharusnya berjalan jauh. Selain itu, tugas, janji, tenggat, dan berbagai hal lainnya sedang menanti untuk saya urus satu-satu. Karena sedang tidak 100%, segala sesuatunya menjadi kurang, serba salah.
Ba'da magrib tadi, saya hampir menabrak orang ketika sedang mengendarai motor. Orangnya marah. Saya sih sedang menyetir dengan pelan, tapi mata saya sempat melirik ke helm yang satunya lagi ketika itu. Jadilah saya tidak melihat orang itu lewat.
Ketika hari ini saya bertindak sesuatu, tanggapan beberapa orang tidak seberapa positif. Saya jadi merasa bersalah. Seharusnya saya gak ngomong gitu ya? Trus saya sedang kesal dengan seseorang karena perilakunya, tapi saya belum nenyampaikannya ke dia perihal kekesalan saya. Menumpuklah kedongkolan di hati saya, sampai saya ingin berteriak sekuat-kuatnya, "HA#*%; NYEBELIIIIIIIIIIIIIIIN!!!!"
Tapi itu cuma ada dalam hati. Dan semua hal tadi mencapai titik sebelum titik puncaknya. Ketika itu sedang menuju puncaknya, saya sedang mengendarai motor di Jl. Suci, menuju Sadang Serang.
...sampai saya ingin berteriak sekuat-kuatnya, "HA#*%; NYEBELIIIIIIIIIIIIIIIN!!!!"
Bahkan angin malan yang menyejukkan pun tak mampu menyejukkan hati. Di tengah semua itu, saya terpikir tentang orang-orang yang saya tahu melarikan diri dari masalah dengan 'menghibur diri dengan .... kemudian malah tenggelam dalam kecanduan terhadap ... itu, bukannya menyelesaikan masalah mereka'.
Seketika itu juga saya mengerti apa yang mereka rasakan.
Kalau saya sih tidak sampai berkeinginan untuk mencoba alkohol atau narkoba hanya untuk mengobati rasa sakit di hati. Hanya sempat terlintas dalam kepala, kalau nampaknya, belanja sesuatu akan menyenangkan dan mungkin akan mengobati hati yang sedang dirudung masalah ini.
Tapi kemudian saya berpikir. Kalau begitu, apa bedanya saya dengan orang yang melarikan diri tadi? Hanya beda bentuk pelarian saja kan? Tapi tetap saja kau mau melarikan diri kan, Les?
Ya... Kadangkala masalah yang kita hadapi begitu menekan, begitu melukai, begitu tajam, membuat hati perih dan berdarah, begitu menyakiti. Bila sudah begitu, lebih enak rasanya bila diri ini melupakan atau pergi sejenak dari masalah dan melakukan hal lain. Tidak perlu dulu memikirkan rasa sakit hati yang menerpa, tidak perlu khawatir tentang tenggat, tidak perlu peduli dengan perkataan dan gangguan orang lain untuk sementara...
Ya, memang lebih enak rasanya...
Ingin rasanya melarikan diri dari hiruk-pikuk kehidupan, kemudian menyepi ke sebuah laguna dengan air yang biru jernih, pasir putih yang hangat, air yang tenang, tempat yang hening, sejuk, dan menyegarkan, bebas dari tekanan, hanya sendiri, melepaskan semua beban....
Biar gak terus-terusan mellow...